Hubungan manusia dengan manusia lainnya di antaranya adalah dengan saling membantu atau tolong-menolong untuk saling meringankan beban dan memudahkan urusan. Sikap demikian merupakan dia antara seruan agama, tidak hanya dalam urusan duniawi serti dagang dan hutang piutang, namun juga terhadap berbagai hal lain yang jika dilanggar akan mendapat ancaman berat khususnya kelak di hari Kiamat.
Tidak mempersulit dalam jual beli, memudahkan perhitungan serta melapangkan diri dalam majelis (ilmu) di antara urusan yang secara tegas tertuang dalam Nash baik Hadits maupun al-Qur'an. Berlawanan darinya, ancaman akan dipersulit sebagai balasan dari perlawanan terhadap peringatan tersebut dalam hisab atau pembalasan setelah kehidupan dunia.
Tidak sampai di sana, mengutamakan urusan akhirat di antaranya dengan senantiasa mengingatnya dalam menjalankan berbagai kepentingan duniawi. Sampai, perkara akhirat dapat memenuhi keinginan manusia yang berkaitan dengan dunia sekalipun dengan menangkis usaha para pemangkunya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "(apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri karena takut pada (adzab) akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran" (Q. S. Az-Zumar: 9).Selanjutnya, memudahkan urusan sebagai bagian daripada mengindahkan perintah Allah dengan senantiasa mengutamakan aturan-aturan atau syariahNya juga menghadirkan keadilan di antara manusia. Allah menenteramkan hati mereka yang disebut bertaqwa dalam berbagai urusan-urusan yang mereka usahakan bahwa senantiasa dalam ketetapan, kekuasaan, pengetahuanNya.
Hal ini termaktub dalam al-Qur'an Surat Aali Imraan ayat 176 mengandung kebaikan tidak terkira, mengobati perasaan risau dan keraguan terhadap keadilan serta sungguh menjadi penerang dalam menjalani hidup di dunia dengan berbagai urusan-urusan, sekaligus sebagai penutup ulasan kali ini, berikut terjemah Indonesianya:
"Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengsn apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mengira bahwa mereka akan lolos dari adzab. Mereka akan mendapat adzab yang pedih. (*)