Tradisi Turun Temurun Selepas Lebaran: Manjalang Mamak di Nagari Sinamar

×

Tradisi Turun Temurun Selepas Lebaran: Manjalang Mamak di Nagari Sinamar

Bagikan berita
Tradisi Turun Temurun Selepas Lebaran: Manjalang Mamak di Nagari Sinamar
Tradisi Turun Temurun Selepas Lebaran: Manjalang Mamak di Nagari Sinamar

KUPASONLINE.COM - "Ko jauah cinto mancinto, dakek jalang manjalang" merupakan ungkapan yang bermakna jika berjauhan, kita harus saling menanamkan rasa cinta dan keinginan untuk bertemu. Ungkapan ini mencerminkan tradisi Manjalang Niniak Mamak yang hingga kini masih dipertahankan oleh masyarakat Nagari Sinamar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

Wali Nagari Sinamar, Dedi Irawan, S.E., dalam pesan resminya menyampaikan bahwa tradisi Manjalang Niniak Mamak merupakan warisan turun-temurun yang masih terjaga dengan baik. Tradisi ini tetap dilaksanakan setiap tahun secara bersama.

Momentum ini biasanya dilakukan setelah Hari Raya Idulfitri, tepatnya pada hari kedua atau ketiga, dan diikuti oleh seluruh masyarakat Sinamar. Tahun ini, kegiatan tersebut dilaksanakan pada Selasa, 1 April 2025.

Dedi juga mengungkapkan bahwa seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin modern, kebiasaan jalang manjalang mulai tergeser. Banyak yang memilih melaksanakannya secara daring melalui media sosial. Namun, tradisi ini tetap harus dipertahankan agar tidak hilang ditelan zaman.

"Nagari Sinamar setiap tahun terus melaksanakan tradisi Manjalang Niniak Mamak untuk saling mengunjungi, mempererat hubungan silaturahmi, serta saling memaafkan di Hari Raya Idulfitri," ujarnya.

Dedi menegaskan bahwa tradisi ini tidak boleh punah karena nantinya akan diwariskan kepada anak dan kemenakan sebagai bagian dari budaya yang sudah ada sejak lama.

Kegiatan ini diawali dengan berkumpulnya para Niniak Mamak atau penghulu kaum, yang kemudian dibawa ke rumah gadang. Arak-arakan ini diikuti oleh seluruh komponen masyarakat dengan membaca syair sepanjang perjalanan, diiringi oleh alat musik Talempong khas Minangkabau.

Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada Niniak Mamak yang mengandung nilai religius, ukhuwah, serta akhlak yang luhur. Momentum Hari Raya Idulfitri menjadi saat yang tepat untuk mempererat komunikasi antara anak dan kemenakan.

Selain itu, dalam prosesi ini juga terdapat tradisi salam samba, yang bermakna bahwa Niniak Mamak harus dimuliakan. Para peserta mengenakan pakaian adat lengkap, seperti baju kurung Basiba untuk perempuan dan pakaian pemangku adat untuk laki-laki. Mereka juga membawa makanan yang nantinya akan dihidangkan dan disantap bersama.

Tradisi Manjalang Niniak Mamak bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga merupakan momen komunikasi langsung dengan para pemimpin kaum, seperti Niniak Mamak, Dubalang, Bundo Kanduang, serta perangkat adat lainnya dan pemerintah nagari. Dengan demikian, hubungan kekeluargaan dan adat istiadat tetap terjaga dengan baik di tengah arus modernisasi.(*)

Editor : Wanda Nurma Saputri
Bagikan

Berita Terkait
Terkini