Jenis atap ini memiliki beberapa konfigurasi, antara lain atap pelana samping depan, atap pelana silang, dan atap pelana Belanda.
Atap pelana memiliki desain yang sederhana dan efisien, serta material yang mudah ditemukan di wilayah kita.
Model atap pelana juga memiliki variasi kemiringan yang cukup banyak, namun pemilihan material penutup atap harus disesuaikan dengan kemiringan atap tersebut.
Kelebihan dari atap pelana adalah kemiringannya yang dapat disesuaikan dengan iklim wilayah, khususnya di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi.
Kemiringan ini memungkinkan air hujan cepat mengalir ke bawah sehingga tidak membebani bangunan.
Di negara-negara dengan salju, atap pelana juga efektif karena salju yang menumpuk akan cepat meluncur turun berkat kemiringan atap yang curam. Dengan menggunakan atap pelana, kita juga bisa mendapatkan ruang di bawahnya, seperti loteng yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tambahan.
Namun, atap pelana juga memiliki kekurangan, terutama jika overhang atau tritisan atap terlalu besar.Dalam kondisi angin kencang, angin dapat mendorong atap dan menyebabkan kerusakan pada material penutup atau bahkan rangka atap itu sendiri.
Oleh karena itu, proporsi dan ukuran atap perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan ketinggian bangunan dan kondisi sekitarnya.
2. Limasan
Editor : Wanda Nurma Saputri
