"Pada hari terkahir atau ke-3 kita bakal mengulas 'Maek dan Masa Depan Peradaban'. Arkeolog dari Jepang juga akan menyampaikan hasil temuannya perihal 'Maek dan Asal Mula Bahasa Minangkabau'," kata Donny.
Pameran pada 15 dan 16 Juli akan dibuka mulai pukul 10.00 - 18.00 WIB. Masyarakat dapat mengunjungi dan melihat sendiri hasil riset tentang Maek secara langsung di sana.
Donny bercerita, pada 2023 lalu Tim Ahli yang diketuai Prof Herwandi, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas, mengadakan riset lapangan ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Arsip Nasional Republik Indonesia dan BRIN. Riset ini bertujuan katanya untuk mengetahui kelanjutan penelitian tentang Maek pada 1986 lalu.
"Saat itu tim dari Pusat Arkeologi Nasional dan Arkeologi Universitas Gadjah Mada melakukan ekskavasi di situs Menhir Bawah Parit dan berhasil mengangkat 7 kerangka. Namun setelah itu tidak ada kabar lanjutan soal hasil penelitian. Nasib 7 kerangka tersebut juga tidak tidak begitu jelas oleh masyarakat,"ujar Donny.
Dari rangkaian riset tersebut tim ahli mengetahui bahwa 7 kerangka tersebut telah dibagi menjadi 3 partisi, yaitu temuan budaya, ekofak, dan partisi terkait biologi. Masing-masing partisi lalu disimpan di tempat berbeda. Temuan budaya disimpan di Arkenas (kini BRIN), di Laboratorium Arkeologi dan Paleontologi Fak Kedokteran UGM, dan di Universitas Padjajaran Bandung.
"Hasil eskavasi tersebut bukanlah 7 kerangka utuh, tapi ‘sisa-sisa manusia’ dari 7 individu. Karena itu tim peneliti pada 1986, tidak bisa melakukan identifikasi mendalam terhadap kerangka-kerangka tersebut,"ucapnya.
Namun begitu, dari identifikasi sementara tim peneliti 1986 itu berhasil diperoleh keterangan individu.Individu pertama (Rangka I) tidak bisa diidentifikasi karena fragmen yang ditemukan terlalu kecil dan telah bercampur tanah. Individu kedua (Rangka II) hanya berupa rahang atas dan rahang bawah. Umurnya diperkirakan antara 24-32 tahun, sedang jenis kelaminnya belum diketahui.
Individu ketiga (Rangka III) berupa fragmen tulang leher. Usia dan jenis kelaminnya belum diketahui. Individu keempat (Rangka IV) berupa rahang bawah dan rahang atas. Berusia antara 34-40 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Gigi seri dan taring bagian atas individu ini telah dipangur/diasah. Individu keempat ini berasal dari ras Mongoloid.
Individu kelima (Rangka V) cukup lengkap. Berupa beberapa bagian tulang. Individu keenam (Rangka VI) merupakan temuan paling lengkap, berupa tengkorak kepala, tulang paha kanan, dan tulang paha kiri. Jenis kelamin perempuan dengan usia antara 40-50 tahun. Gigi individu enam juga telah dipangur. Individu ketujuh (Rangka 7) berupa rahang bawah. Jenis kelamin perempuan dengan gigi dipangur.
Editor : Wanda Nurma Saputri