Carikan Solusi Hilirisasi Tomat, Bupati Solok Temui Kepala BSKJI Kemenperin RI

×

Carikan Solusi Hilirisasi Tomat, Bupati Solok Temui Kepala BSKJI Kemenperin RI

Bagikan berita
Bupati Solok, Epyardi Asda (kiri) saat menemui Kepala BSKJI Kemenperin, Andi Rizaldi (kanan), guna mencarikan solusi hilirisasi Tomat.
Bupati Solok, Epyardi Asda (kiri) saat menemui Kepala BSKJI Kemenperin, Andi Rizaldi (kanan), guna mencarikan solusi hilirisasi Tomat.

“ Dengan melihat potensi daerah di daerah Sumatera Barat, masih terbuka peluang sektor yang dapat dikembangkan untuk dapat mendongkrak kontribusi industri pengolahan non migas dari sektor lainnya termasuk dengan tomat " tutur Andi Rizaldi.

Sehingga kata Andi Rizaldi, bisa diandalkan pengembangan hilirisasi produknya, sehingga memberi nilai tambah yang tinggi.

Andi Rizaldi juga mengatakan, untuk mengatasi fluktuasi harga tomat, BSKJI sudah melakukan penelitian dan kajian tentang pengolahan tomat lebih lanjut.

Dengan kerjasama Pemerintah Kabupaten Solok dan BSKJI, pihaknya akan melakukan pelatihan pengolahan tomat, kepada para petani tomat di Kabupaten Solok.

“Saya berharap dan yakin, IKM Kabupaten Solok dapat semakin berdaya saing. Kami memiliki sejumlah balai yang memiliki keahlian dan teknologi yang dapat disinergikan program dan kegiatannya dengan program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok seperti yang disampaikan pak Bupati tadi,” tutur Andi Rizaldi.

Sementara itu, terkait dengan aksi buang tomat yang diduga dilakukan oleh petani, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok, Kenedi Hamzah, menyebutkan, hasil pembahasannya bersama kelompok tani, terungkap bahwa, kejadian ini sering terjadi ketika harga tomat anjlok.

Kenedi Hamzah menuturkan, ini karena, petani sudah memanen tomat mereka dan dibawa ke pasar sayur, tetapi tidak ada yang membeli, maka mereka membuang demi hanya untuk menyelamatkan petinya.

Sebagian petani ujar Kenedi Hamzah, memilih tidak memanen tomatnya, dan membiarkan busuk dilahan, supaya tidak menambah biaya, setidaknya bisa jadi pupuk organik.

Ini berkaitan dengan harga tomat cukup lama tinggi karena daerah Padang Panjang dan Tanah Datar tidak bisa menanam tomat, karena faktor bencana, termasuk juga daerah sentra lainnya kurang menanam.

“Maka petani Solok banyak menanam. Sekarang kita over produksi sehingga harga anjlok, termasuk di Jawa juga ikut panen. Dulu harganya sempat Rp 12 ribu, tapi sekarang harga di petani kita Rp 700 dan Rp 1.200 di pedagang " ucap Kenedi Hamzah.* (li2).

Editor : Irda Lili
Bagikan

Berita Terkait
Terkini