KUPASONLINE.COM - Untuk memberikan pengetahuan kepada kelompok PKK Desa Matobe di Kabupaten Kepulauan Mentawai, tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Negeri Padang (UNP) meluncurkan program olahan sagu yang luar biasa. Dalam program Kreativitas Mahasiswa UNP tahun 2024, mahasiswa membuat program inovasi ini sendiri.
Aji Sulaksana (Geografi 2022), Valefy Siregar (Geografi 2022), Anissa Tifana (Geografi 2022), Amartasya Vista (Ekonomi Pembangunan 2021), Dwieke Harryani (Ilmu Kesejahteraan Keluarga 2021), dan Lailatur Rahmi, S.Pd., M.Pd., Dosen Departemen Geografi di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (FIS UNP), bertanggung jawab atas program Kreativitas Masyarakat.
Dalam proses pelaksanaannya program inovasi olahan sagu dirancang seperti live cooking, khusus dalam edukasi mengenai pengolahan produk olahan sagu berdasarkan konsep The House Model. "Program ini dilakukan di desa Matobe Kabupaten Kepulauan Mentawai terkait dengan inovasi olahan sagu.Potensi sagu di Matobe sangat besar, namun kelompok PKK belum mampu untuk mengolah sagu menjadi berbagai produk turunan, dikarenakan Sebagian besar kelompok PKK berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dan berpendidikan rendah," kata Aji Sulaksana.
Desa Matobe merupakan desa yang terletak di Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Desa Matobe memiliki lahan tanaman sagu yang luasnya mencapai 45 hektare dan tersebar di hutan Desa Matobe. Masyarakat memanfaatkan lahan sebagai sumber penghasilan mereka, salah satunya tanaman sagu.
Terkait pengetahuan masyarakat tentang olahan sagu, Dwieke Harryani menambahkan bahwa saat ini kelompok PKK lokal baru mengetahui satu macam jenis olahan sagu, yakni dijadikan kue sapik. Untuk jenis yang lainnya kelompok PKK belum mampu mengolahnya. Sagu dipanen langsung oleh pemilik sagu dengan menebang batang sagu lalu pemilik langsung memisahkan antara batang dengan sagu yang kemudian diolah menjadi pati sagu. Pengolahan sagu hanya sebatas itu saja lalu batang sagu yang kemudian menjadi limbah dibiarkan begitu saja.
"Konsep pelaksanaan yang diajarkan dalam inovasi olahan sagu dimulai dari pengolahan pati sagu menjadi beberapa produk olahan seperti tepung sagu, bolu sagu, brownis sagu, dan mie sagu, hingga tahap pengemasan dan pemasaran,kami ingin sharing ilmu kepada kelompok pkk bagaimana proses inovasi olahan sagu dari awal sampai akhir, sehingga kelompok pkk nantinya bisa memproduksi olahan sagu yang beragam, dengan kemasan yang menarik, pemasaran yang bagus," ungkap Amartasya.Anissa Tifana juga menambahkan bahwa kualitas sagu yang dimiliki oleh kepulauan mentawai ini memiliki kualitas yang bagus, sehingga menghasilkan olahan sagu yang memiliki nilai jual yang tinggi, hanya saja saat ini pemasaran yang dilakukan oleh kelompok pkk belum maksimal, sehingga olahan sagu masih dijual dengan harga yang murah.
Kepala desa, Wisman, juga mendukung program sepenuhnya. Ia mengatakan bahwa adanya tim PKM dari UNP membuka wawasan kelompok PKK dan masyarakat setempat. Mereka mengharapkan adanya program inovasi dalam pembuatan sagu karena ada banyak sagu di Desa Matobe, yang dapat mendorong kreativitas dan ekonomi masyarakat. Dia berharap program ini akan sangat bermanfaat bagi kelompok PKK dan masyarakat setempat, terutama dalam mendukung produksi sagu.
Diharapkan bahwa program ini akan membentuk kader yang dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat setempat, yang akan menghasilkan masyarakat yang produktif dan meningkatkan ekonomi Desa Matobe secara berkelanjutan.terutama dalam hal olahan sagu ini. Ungkapkan Lailatur Rahmi, dosen pembimbing kegiatan PKM.(*)
Baca berita terkait Kampus UNP lainnya di Google News
Editor : Wanda Nurma Saputri