KUPASONLINE.COM - Peristiwa Koto Tuo Lautan Api, kecamatan Harau, kabupaten Limapuluh Kota, yang heroik, seyogyanya menjadi momentum bagi masyarakat untuk meneruskan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.
Untuk itu pemerintah daerah kabupaten Limapuluh Kota berkomitmen untuk memperingati setiap tahunnya, tujuh rangkaian peristiwa sejarah yang terjadi dalam rentang waktu perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di kabupaten Limapuluh Kota.
Hal tersebut disampaikan bupati Limapuluh Kota, yang dibacakan kepala Badan Kesbangpol setempat Elsiwa Fajri pada peringatan Koto Tuo Lautan Api di nagari Koto Tuo, Kecamatan Harau, Senin 10 Juni 2024.
"Dalam konteks pembangunan sekarang, nilai juang Koto Tuo Lautan Api yang menginspirasi masih relevan dan perlu dijiwai oleh berbagai komponen masyarakat dan Nagari,"ucapnya.
Elsiwa Fajri menjelaskan bahwa perjuangan belumlah selesai, semangat perjuangan para pahlawan dalam mempersatukan bangsa harus tetap dipelihara dan dipertahankan dengan mewujudkan jiwa pembangunan yang tangguh.
"Kemerdekaan sebagai warisan para pahlawan hendaknya kita isi dengan jiwa pembangunan dengan semangat kebersamaan,"tukasnya.Sekadar mengingatkan, konfrontasi berdarah dalam masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berlangsung sejak 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, pasca jatuhnya Ibukota Negara Republik Indonesia, berlangsung di Limapuluh Kota.
Salah satu peristiwa yang terjadi 75 tahun silam, yakni pada 10 Juni 1949, telah membumihanguskan Koto Tuo sehingga akhirnya dijuluki dengan sebutan Koto Tuo Lautan Api.
Saat itu hari Jumat, tentara Belanda memasuki Nagari Koto Tuo. Selama 3 jam di sana, mulai pukul 10.00 hingga jam 13.00 WIB, sedikitnya 113 buah rumah masyarakat ludes dilalap si jago merah akibat dibakar para tentara Belanda.
Koto Tuo Lautan Api satu peristiwa dari tujuh peristiwa heroik semasa PDRI. Peristiwa lainnya adalah konsolidasi komando Sumatera Kolonel Hidayat yang mengutus anak buahnya untuk menyiapkan pusat pertahanan di Kototinggi, Kecamatan Gunuang Omeh pada 19 Desember 1948.
Editor : Wanda Nurma Saputri