Sukarno-Hatta tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 07.00 dan disambut oleh seluruh anggota PETA. Dibawa ke rumah ketua PETA Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok agar mudah melihat pergerakan pasukan Jepang jika mereka tiba di sana.Sukarno-Hatta dibawa ke sebuah ruangan dengan lantai papan, tanpa perabotan. Hanya permadani pandan. Rupanya, tema ini adalah Kamar Tidur Prajurit PETA.
Soebardjo menerima laporan dari sekretarisnya pada pukul 08:00 WIB bahwa Sukarno-Hatta telah menghilang dari Jakarta.Kemudian, Soebardjo menelepon Komando Angkatan Laut Jepang untuk memberitahukan Laksamana Muda Tadashi Maeda bahwa Sukarno-Hatta hilang.
Soebardjo takut Sukarno-Hataa akan diculik oleh junta militer Jepang dan keselamatannya terancam, maka Soebardjo meminta bantuan Maeda. Maeda kemudian memerintahkan Nishijima untuk mencari informasi.Nishijima pergi ke Wikana dan bertanya di mana Soekarno-Hatta berada. Wikana tampak khawatir dan gelisah ketika menjawab bahwa dia tidak tahu di mana Sukarno-Hatta berada.
Dengan desakannya, Wikana mengatakan bahwa gerakan kemerdekaan harus diperjuangkan, bukan sebagai imbalan yang diterima dari orang lain, sekalipun harus dimenangkan dengan paksa.Wikana mengatakan akan membawa Soekarno-Hatta selama Maeda menjamin keselamatan mereka. Maeda akan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Soebardjo kemudian meyakinkan Sukarno-Hatta agar kembali ke Jakarta untuk memastikan kemerdekaan Indonesia segera terwujud.
Kesepakatan terjadi di Jakarta antara golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo dan golongan pemuda yang diwakili oleh Wikana. Kedua kelompok sepakat bahwa upacara kemerdekaan akan berlangsung di Jakarta.Dengan perjanjian ini, Ahmad Soebardjo dijemput oleh Soebardjo untuk kembali ke Jakarta. Soebardjo berjanji kepada Rengasdengklok muda bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12:00 WIB.Dengan jaminan proklamasi kemerdekaan, Soekarno Hatta diizinkan kembali ke Jakarta. Dan akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno menemani Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945.
Editor : Sri Agustini
