Jakarta, Kupasonline -- Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.412 per dolar AS pada Senin (23/8) sore. Posisi ini menguat 40 poin atau 0,28 persen dari Rp14.452 persen pada Jumat (20/8).
Sementara itu, kurs acuan Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.415 per dolar AS atau menguat dari Rp14.464 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Di Asia, rupiah menguat dengan won Korea Selatan 0,48 persen, ringgit Malaysia 0,28 persen, peso Filipina 0,24 persen, dolar Singapura 0,22 persen, dan yuan Tiongkok 0,18 persen. Sementara itu, dolar Hong Kong stagnan.
Sisanya berada di zona merah, seperti baht Thailand minus 0,04 persen dan yen Jepang minus 0,16 persen. Begitu juga dengan mata uang utama negara maju yang mayoritas menguat dari dolar AS. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,15 persen.
Dolar Australia menguat 0,61 persen, dolar Kanada 0,58 persen, franc Swiss 0,28 persen, euro Eropa 0,26 persen dan pound Inggris 0,19 persen.Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah hari ini karena faktor teknikal. Pasalnya, beberapa isu di pasar keuangan telah mereda dan membuat mata uang Garuda berhasil menguat.
"Yang lebih besar masih karena faktor teknis, bukan karena ada sentimen baru," kata Lukman, Senin (23/8).
Meski begitu, menurut dia, penguatan rupiah bisa kembali meningkat jika pemerintah melonggarkan kebijakan PPKM Level 4 yang akan diumumkan hari ini. Pasalnya, hal ini memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar bahwa roda perekonomian bisa bergerak lebih cepat dari beberapa waktu terakhir.
Tentu saja jika PPKM dilonggarkan, rupiah bisa menguat ke depan, tutupnya (*)
Editor : Sri Agustini
