Demikian juga, mata uang utama negara maju semuanya berada di zona merah. Dolar Australia melemah 0,52 persen, dolar Kanada minus 0,34 persen, pound Inggris minus 0,29 persen, rubel Rusia minus 0,28 persen, euro Eropa minus 0,19 persen, dan franc Swiss minus 0,15 persen.
Analis dan Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Ascustombi mengatakan, pelemahan rupiah dan berbagai mata uang di dunia terutama disebabkan penguatan dolar AS. Pelaku pasar masih menunggu perubahan kebijakan moneter dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
"Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan bahwa keputusan itu tidak akan semata-mata didasarkan pada kekhawatiran inflasi dan akan mendorong pemulihan yang luas di pasar kerja," kata Ibrahim.
Hal ini, lanjutnya, membuat pasar percaya bahwa perubahan kebijakan moneter akan segera terjadi. Di sisi lain, mata uang negara lain juga melemah akibat lonjakan kasus di beberapa negara di Asia.
Selain itu, Australia juga mengumumkan lockdown. Sementara itu, aturan PPKM Mikro di Indonesia akan direvisi. Ke depan, sejumlah regulasi akan diperketat, misalnya jam operasional mal akan dikurangi dan sebagainya.
Editor : Sri Agustini
