Kepala Sekolah Hendri menjelaskan, empat puluh sembilan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang terdiri dari unsur esensial di SMPN delapan Payakumbuh, telah divaksinasi. Mereka yang memiliki penyakit penyerta telah ditunda, namun pada akhirnya diizinkan untuk mengambil vaksin setelah menerima pemeriksaan melalui petugas kebugaran.
Hendri mendefinisikan pendekatan dilakukan melalui cara-caranya sebagai yang utama. Ketika anak-anak dibatasi penguasaan tatap muka, mereka diakumulasikan di lapangan, kemudian diberikan sosialisasi dengan tema mengajak mahasiswa untuk divaksinasi.
Kami memberikan penjelasan bahwa perlu seratus persen mahasiswa yang berusia 12 tahun ke atas untuk divaksinasi agar kami dapat mengunjungi perguruan tinggi secara tatap muka, kami yakin kami akan mencapai 70 persen lebih banyak daripada yang kami miliki. targetnya, kata Hendri.
Bahkan, menurut dia, tatap muka sangat mempengaruhi perkembangan bagusnya pelatihan, sedangkan belajar online dengan shift membuat instruktur kecewa dengan pelatihan dan anak-anak tidak senang belajar.
Intinya, itulah tujuan dan preferensi bersama kalangan kerabat lama SMPN delapan Payakumbuh untuk memperoleh herd immunity. Pihak kampus juga mendukung, selain itu mereka mengajak, mengajak, dan membujuk ibu dan bapak mahasiswi dengan Polsek Payakumbuh. sembari melakukan sosialisasi, ujar Hendri.Salah satu mahasiswa, Dehan (16) kelas 9.1 dari Desa Parit Rantang tampak ketakutan setelah divaksinasi, tampaknya ia memiliki trauma terampil dengan jarum suntik karena sekolah dasar. Namun, pilihannya yang kuat untuk divaksinasi terhadap Covid-19 menjadi didukung melalui cara ibu dan ayahnya.
Setelah divaksin, saya ingin mengunjungi kampus secara lengkap tatap muka seperti biasa dan kembali bergaul dengan teman-teman tanpa trauma karena terpapar Covid-19 lagi, suasananya seperti dulu lagi, ujar Dehan . (Habib)
Editor : Sri Agustini